welcome!

Don't judge a book from its cover, but you can judge me from the books in my BOOKCASE.

Saturday 19 December 2009

Mengejar Kebenaran di Tokyo


Tentara Jepang melakukan pembantaian besar-besaran di Nanking saat mereka melakukan invasi ke China pada tahun 1937. Mereka melakukan pemerkosaan, perampasan, pembakaran, serta eksekusi terhadap tawanan perang dan penduduk sipil. Ini merupakan peristiwa paling tragis yang dialami bangsa China. Karena kekejamannya di Nanking, seorang letnan Jepang bernama Junzo Fuyuki mendapat julukan yanwangye— si Iblis.

Tokyo ditulis oleh penulis yang terkenal dengan novel-novel thrillernya, Mo Hayder. Hayder biasanya menulis novel-novel kriminal, dan walaupun Tokyo ditulis dengan memasukkan latar belakang sejarah, hasilnya tidak mengecewakan. Tokyo adalah buku wajib baca untuk penggemar cerita history-thriller.

Tokyo secara gamblang menggambarkan sejarah pendudukan Jepang di China, khususnya di daerah Nanking. Di buku ini diceritakan betapa kejamnya bangsa Jepang pada saat itu, di mana Jepang melakukan pembantaian yang sangat kejam di Nanking. Tentara Jepang membunuh penduduk Nanking, menumpuk mayat-mayat penduduk Nanking menjadi bukit mayat yang mengerikan, dan membakar habis desa mereka. Pembantaian di Nanking benar-benar menjadi sejarah pahit bagi Jepang dan China.

Walaupun banyak sekali flashback dalam buku ini, tapi alurnya sama sekali tidak membingungkan. Ceritanya berlatar tahun 1990, saat tokoh yang bernama Grey datang jauh-jauh datang dari London ke Tokyo, tinggal di apartemen kumuh, dan bekerja sebagai perempuan penghibur di club malam untuk membiayai hidupnya di Jepang, demi untuk mengungkap kebenaran pembantaian keji di Nanking pada tahun 1937. Keinginannya untuk mencari kebenaran sejarah di Tokyo, sudah menjadi obsesi seumur hidupnya. Bahkan obsesinya ini membuatnya terlibat masalah dengan bos Yakuza—mafia Jepang—yang melakukan banyak pembunuhan kejam terhadap orang-orang di sekitar Grey.

Kebenaran yang dicarinya di Tokyo ada pada seorang profesor di Universitas Todai, yang merupakan saksi hidup peristiwa pembantaian di Nanking. Obsesinya dalam mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya akan sejarah di Nanking menunjukkan bahwa kebenaran haruslah diungkapkan betapapun pahitnya, dan kebenaran ada dalam sejarah.

0 comments:

Post a Comment

A real book is not one that we read, but one that reads us.
W. H. Auden
 

bookcase Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
Cake Illustration Copyrighted to Clarice