welcome!
Don't judge a book from its cover, but you can judge me from the books in my BOOKCASE.
The Catcher in The Rye digambarkan sebagai bacaan favorit para remaja anti-sosial sampai psikopat. Kontroversi seputaran buku karangan J.D. Salinger yang diterbitkan pada tahun 1945 mengakibatkan buku ini dilarang beredar di Amerika Serikat karena isinya yang dianggap memicu tindakan negatif pada diri remaja.
Tokoh utamanya bernama Holden Caulfield, 17 tahun, seorang siswa sekolah lanjutan tingkat atas yang baru saja dikeluarkan dari Pencey Prep, sekolah ketiganya, sebelum dia dikeluarkan dari Elkton Hills dan Whooton School. Buku ini menceritakan petualangan, atau lebih tepatnya kekacauan, yang dialami Holden sejak dia meninggalkan Pencey dan memutuskan untuk tinggal di sebuah hotel dan berkeliaran di seputaran New York sebelum ia pulang ke rumah.
Salinger menggambarkan kehidupan Holden sebagai penghuni kelas atas New York, sehingga dengan uang yang dimilikinya, dia bisa berkeliaran di bar-bar mewah New York. Namun segala kelebihan yang ia miliki tidak dapat membebaskan dirinya dari pikiran-pikiran pesimis dan pandangan sinis terhadap dunia dan orang-orang disekitarnya. Holden membayangkan masa depannya “apabila tidak berakhir dengan bunuh diri, maka akan berakhir di rumah sakit jiwa”.
Awal dari sikap sarkastik Holden digambarkan ketika ia mengalami trauma setelah kematian adiknya, Allie, akibat kanker pada saat Holden berusia 13 tahun. Kondisi ini diperburuk dengan perubahan drastis sikap kakaknya D.B., yang baru pulang dari medan perang dan sejumlah kejadian di sekolahnya yang menyebabkan kehidupan sosialnya semakin terpuruk. Seperti ketika ia menyaksikan kematian teman sekelasnya, James Castle, yang melompat dari kamarnya karena diganggu oleh sekelompok siswa, namun para pelakunya tidak dikenai hukuman apapun.
Holden mengalami sebuah kondisi yang oleh American Psychiatric Association disebut sebagai Post-Traumatic Stess Disorder (PTSD) yang merupakan trauma kronis terhadap suatu kejadian yang dialami penderita. The Catcher in The Rye dapat dikatakan sebagai pionir penulisan novel yang menggambarkan narator atau orang pertamanya sebagai penderita PTSD, dan kita dipaksa untuk memasuki alam pikirannya yang kacau balau dan antah berantah. Dalam kasus Holden, ia beruntung memiliki adik perempuan, Phoebe, yang merupakan satu-satunya penghubung antara pikirannya dengan dunia luar.
The Catcher in The Rye merupakan karya terpopuler Salinger, karena walaupun sempat dilarang namun buku ini memiliki sejumlah penggemar yang menjadikannya sebagai panduan hidup atau dikalangan penggemar fanatiknya lebih dikenal dengan istilah “Holden Bible”.
Kontroversi novel Salinger ini kemudian menjadi sumber inspirasi bagi para penulis tentang PTSD yang terbit sesudahnya seperti Sylvia Plath, dan menginspirasi sejumlah band untuk membuat lagu yang didasarkan pada karakter Holden, salah satunya yaitu Greenday dalam Jesus of Suburbia. Bahkan penggemar fanatik John Lennon yang kemudian menembaknya, Mark David Chapman, ketika ditangkap polisi membawa novel karya Salinger ini, dan mengaku telah habis membacanya tepat pada pagi dimana ia menembak Lennon.
(Ally, penulis bukanlah seorang psikolog, cuma seorang sok tahu yang ingin memaparkan sedikit tentang buku favoritnya).
A real book is not one that we read, but one that reads us.
W. H. Auden
1 comments:
m88 casino - Thakasino
The online casino offers a generous bonus betway login to 카지노 new customers. M88sport are one of the leading m88 online casino games providers and a great choice for
Post a Comment